Senin, 24 Maret 2008

POTENSI TUMBUHAN RAWA SEBAGAI BIOPESTISIDA DAN BIOFERTILIZER DALAM MENGDUKUNG PERTANIAN ORGANIK

Dalam rangka menunjang program pemerintan tentang sistem pertanian organik salah satu masalah adalah untuk mengurangi penggunaan bahan pestisida sintetik dan pupuk anorganik.). Untuk mengatasi hal tersebut di atas akhir-akhir ini telah dilakukan eksplorasi terhadap tumbuhan yang mampu digunakan sebagai bahan alternatif biopestisida dan biofertilizer dalam mengurangi percemaran lingkungan. Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bahan rumput minjangan (Chromolaena odorata), dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati terhadap ulat grayak dan ulat jengkal dengan daya racun berkisar antara 70-85%. Dan disamping sebagai bahan utama insektisida nabati tumbuhan rumput minjangan ini juga berpotensi sebagai sumber pupuk N dan P, dengan kandungan masing-masing 3,04% dan 0,29%. Dengan demikian rumput minjangan ini mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai bahan utama insektisida nabati dan juga sebagai pupuk organik. Hasil penelitian lainnya tumbuhan rawa purun tikus (Eleocharis dulcis) dapat digunakan sebagai tanaman perangkap penggerek batang padi putih, habitat musuh alami serta sebagai bahan attraktan penggerek batang padi dan di lain fungsi tumbuhan rawa purun tikus juga dapat digunakan sebagai bahan pemupukan organik dan sebagai biofilter unsur beracun bagi tanaman. Besarnya kandungan unsur hara dari bahan organik purun tikus N (3,36%), P (0,43%), K (2,02%), Ca (0,26%), Mg (0,42%), S (0,76%) dan Al (0,57%). Selain itu pula tumbuhan Eceng gondok, Kai apu dan Azolla juga berpotensi sebagai sumber bahan organik. Dengan demikian jenis tumbuhan tersebut berpotensi sebagai bahan biopestisida dan biofertilizer.

Tidak ada komentar: